Senin, 02 Mei 2011

Hardiknas untuk kita

Inilah hidup, ga cuma sekedar apa yang tertulis dalam sebuah perjanjian.. Bukan sebuah undang-undang, atau MOU hitam diatas putih. Ini bukan masalah siapa yg berhak dan berkewajiban.. Tapi ini masalah rasa iba dan peduli terhadap sesamanya yang lain yang hidup dalam satu lingkaran bumi tapi berada dalam garis nasib yang berbeda..Dan sialnya gw korban dari salah satu rasa kemanusiaan yang ga ngenakin itu.. Pengennya sih acuh aja waktu denger bencana ini, kejadian itu, korban disini, blablabla.. Tp ga bisaaaaa.. Entah siapa yg hrs disalahkan apakah lagi2 karna perasaan ga enakan gw, tp rasanya menolong org bukan bagian dr perasaan ga enakan deh..

Siapa yang mau peduli pada mereka? bapak dan ibu petinggi-petinggi negeri ini terlalu sibuk dengan jamuan makan malam mereka dari satu ballroom ke ballroom lain, dan sibuk mengadakan study banding (baca : jalan2 dengan uang rakyat) dari satu negara ke negara lain...

Yaaa ampuun paaak, buuu... kasian adik-adik saya di lereng merapi... mereka menangis saat tadi pagi saya berjumpa mereka. Mereka ingin sekolah pagi ini, apalagi hari ini adalah Hari Pendidikan Nasional hari spesial untuk seluruh insan pendidikan di negeri ini temasuk mereka, yang sudah siap mengibarkan bendera menghormati sang dwi warna dan menundukkan kepala mengheningkan cipta mengenang jasa para pahlawan kita.. Tapi mereka tidak bisa pergi sekolah, rumah mereka di sapu lahar dingin.. Sepatu yang sudah dibersihkan sejak tadi malam dan pakaian yang sudah di setrika rapih tertimbun material vulkanik dan rumah mereka roboh akibat hujan yang turun tanpa jeda sehari semalam kemarin.. malangnyaa...

Lalu di kodepos lain yang masih satu daratan anak-anak itu masih dengan nyenyaknya berbalut selimut saat jam menunjukkan pukul 6.30 pagi. dalam sebuah ruangan nyaman ber-AC.. Dibangunkan oleh alarm dan omelan orangtua mereka, dengan malas dan gumaman kesal lalu menyambar handuk dan terpaksa mandi, lalu upacara peringatan Hardiknas pun berjalan seadanya dengan wajah-wajah masam para murid yang merasa kepanasan di jemur di lapangan sekolah...

Dan masih banyak sisi kenyataan hidup yang menggelitik pikiran gw, apalah daya.. Perempuan dekil, kumal, dan bukan siapa-siapa ini... tak banyak yang bisa kulakukan adik-adikku sayang... hanya berdoa dan tertawa miris, akan sebuah kepahitan lebih tepatnya kenyataan yang sulit ku cerna tentang sebuah kata : ADIL.

2 komentar:

  1. Perubahan dimulai dari niat, berlanjut perencanaan, berkembang menjadi usaha dan diakhiri doa. Dan semuanya wajib didampingi emosi.
    Emosi yang masuk akal, ora ngawur, tidak merugikan.
    Sayangnya banyak dari kita hanya menempatkan emosi itu pada tahap niat dan perencanaan alhasil mlempem dibelakang.

    Siip goor,.. Keep it. Salut

    BalasHapus
  2. @didit putra K : terimakasih mas didit :) hahahhaa... semangat juga untuk kamu, hidupmu, harapanmu, dan semoga segalanya lekas membaik :D

    BalasHapus